Laman

Kamis, 08 Maret 2012

Leader of leader


MAS BROW YANG BAIK HATI
Di dalam teori kepemimpinan  global terdapat 3 mitos yang berkembang dalam masyarakat yaitu, the birthright, the for all seasons, dan the intensity. The Birthright adalah tipe pemimpin yang dilahirkan sebagaimana halnya dengan yang terjadi pada para pemimpin dengan sistem kerajaan ortodoks ataupun pemerintahan yang absolut. Bapaknya raja maka anaknya akan menjadi raja berikutnya. Mitos ini tidak terlalu populer saat ini meskipun masih dianut di beberapa negara seperti Korea Utara, Thailand, Inggris dll. Lalu mitos the for all seasons, yang menyebutkan pemimpin terlahir dari suatu situasi yang akhirnya membawa dia menjadi pemimpin yang paling pantas dalam lingkungannya. Sebagaimana halnya dengan Presiden Soekarno dari Indonesia maupun Napoleon Bonaparte dari Perancis. Meskipun masing-masing pemimpin tentunya tidak selalu tepat dalam setiap situasi yang dihadapi dalam perjalanan kepemimpinannya sehingga mempengaruhi buruknya kebijakan yang diambil dalam menghadapi situasi yang berbeda-beda. Selanjutnya, mitos yang terakhir adalah The intensity atau biasa juga disebut pemimpin yang tegas dan keras. Pemimpin-pemimpin ini rata-rata banyak berasal dari kalangan militer yang memang terkenal dengan sistemnya yang ketat dan disiplin serta absolut sehingga segala sesuatunya terlaksana secara rigid dan teratur. Kepemimpinan dengan cara ini cenderung berhasil namun hanya dalam lingkungan militer namun apabila dihadapkan dengan lingkungan umum maupun sipil, teori ini dapat menyebabkan keterpaksaan dari para pembantu dibawahnya sehingga justru akan menghasilkan keadaan yang kontra-produktif.
Gambaran singkat di atas menunjukkan bahwa tidak ada pemimpin yang sempurna di dunia ini, namun proses kepemimpinan dengan disertai oleh pengalaman dalam perjalanan karir maupun kehidupannya ditambah dengan kapabilitas intelektual yang memadai maka akan diperoleh pemimpin yang tepat bagi suatu komunitas/lingkungan atau lebih besarnya lagi daerah maupun negara. Bagi saya, keseimbangan antara pengalaman dan intelektual sangat penting sebab apabila hanya didasarkan pada dominasi pengalaman sang pemimpin maka pemimpin yang lahir adalah orang-orang yang menggunakan pendekatan-pendekatan masa lalu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi. Ia akan lebih banyak bercerita tentang kerasnya pengalaman hidupnya dengan banyak membanding-bandingkannya dengan kemudahan yang terjadi di masa sekarang. Muncullah romantisme masa lalu dengan menghebat-hebatkan masa lalu seolah dirinya hidup di waktu yang berjalan terbalik. Sebaliknya, dominasi intelektual juga tidak lebih baik, sebab dengan hanya dilandasi kapabilitas akademisi dalam teori maka kepekaan terhadap dinamika persoalan akan semakin tumpul.
Menurut saya, kepemimpinan adalah seni dalam mempengaruhi orang untuk dapat merebut simpatinya dengan memimpin mereka untuk melakukan hal-hal baik demi kebaikan bersama. Dengan landasan pemahaman tersebut, seorang pemimpin bisa lahir dimana saja, di kolong jembatan, di rumah petani, di kandang domba termasuk di kerajaan yang megah. Selanjutnya, untuk dapat merebut simpati para pendukungnya maka diperlukanlah pembangunan karakter dari si pemimpin. Pembangunan karakter pemimpin tersebut dapat dibentuk dimana-mana, seperti sekolah, di jalan, di rumah bahkan di desa-desa terpencil. Karakter yang unggul tidak hanya dibangun dalam tembok-tembok tinggi yang mewah dengan guru-guru yang hebat, namun dapat juga dibangun dengan bercakap-cakap dengan orang yang bijak atau menimba pengalaman dengan membantu orang yang dalam kesulitan. Dalam karakter tersebut maka tumbuhlah empati, kepedulian terhadap sesama, dan kemauan untuk merubah hal yang kurang baik menjadi lebih baik.
Di dunia Barat, rata-rata para orang tua kerap kali mengajak anak-anak mereka untuk bermain di taman kota/public park untuk mengajari mereka bersosialisasi dengan orang baru, keberanian dalam menghadapi persoalan atau bahkan menemukan hal-hal baru dalam hidupnya. Apabila si anak misalnya disengat oleh lebah maka ia akan belajar mengatasi kesakitannya atau bahkan ketakutannya. Di Jepang, para orang tua Jepang dengan keras mengajari anak-anak mereka untuk tidak menyerah terhadap perubahan alam. Ketegaran dalam menghadapi setiap perubahan. Mengatasi setiap persoalan secara tenang dengan pengawasan dari para orang tuanya dari jauh. Pembangunan karakter inilah yang akan membentuk seorang pemimpin yang pantas untuk dipilih oleh rakyatnya.
Dalam pemilukada Aceh yang akan datang, rakyat Aceh akan kembali diberikan kesempatan untuk memilih calon-calon pemimpin-pemimpin mereka yang akan datang dengan berbagai macam latar belakang dan kapabilitasnya. Banyak di antara mereka yang terlahir dari kalangan akademisi yang sangat kapabel dalam teori-teori ketatanegaraan, ada juga yang memiliki pengalaman sebagai para incumben pada periode sebelumnya dengan berbagai kelebihan dan kekurangan dan ada juga yang berasal dari mantan kombatan yang berjuang untuk kemerdekaan Aceh baik di dalam maupun di luar negeri. bervariasinya para calon pemimpin Aceh yang akan datang hendaknya tidak membuat rakyat Aceh bingung dan sesat dalam menentukan pilihannya sebab kembali kepada pembahasan awal bahwa pemimpin yang lahir adalah orang-orang yang memiliki seni dalam merebut simpati kita dengan cara-cara yang benar, baik dan jujur. Sehingga siapapun di antara para calon pemimpin Aceh nantinya yang tidak menggunakan cara-cara yang benar, baik dan jujur bahkan menggunakan cara-cara intimidasi, teror dan menghasut maka sudah menjadi gambaran jelas bagi rakyat Aceh kerendahan karakter mereka sehingga layak untuk tidak dipilih.  Entah siapapun pendukungnya, apakah pemerintah pusat, apakah eks pemimpin militer ataupun tokoh-tokoh hebat sekalipun, apabila nurani kita berbicara bahwa sang calon dengan pendukung-pendukung yang hebat dan berkelas tersebut tidak layak maka kita hilangkan dari benak kita nama, nomor maupun foto wajah mereka jauh-jauh. Sebaliknya para calon yang memiliki latar belakang yang baik, jujur dan amanah serta jauh dari indikasi bahkan skandal korupsi maka alangkah baiknya untuk dipertimbangkan untuk menjadi pemimpin kita ke depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar